Cerpen - Anak Misterius yang Baik Hati - Karangan: Luthfia Zahra Larosa ||| “Audreyyy..!!”, terdengar suara seorang gadis berteriak memanggil nama temannya. Namanya adalah Licia. “Apa..?”, jawab temannya yang bernama Audrey Angelica. “Ih, sombong banget sih, kamu..?!”, “Ya ampun Cia, aku mau pulang tahu..!!”, jawab Audrey kesal. “Oh ya sudah, nanti aku telfon kamu aja deh..!”, ujar Licia kembali. Audrey hanya mengangguk pelan. “Aku duluan,ya..!”

Sesampainya Audrey di rumah, dia segera mengganti bajunya, dan menunggu ada panggilan telfon dari Licia. Setelah lamanya Audrey menunggu, tidak ada muncul tanda-tanda adanya panggilan masuk. Dengan wajah yang sebal, Audrey beranjak pergi keluar rumah. “Audreyyy! Mau pergi kemana kamu nak..?”, tanya Ibu Audrey yang tiba-tiba aja menghalangi Audrey pergi. “Ihh, apaan sih ma. Audrey mau mencari udara segar, tau..!”, ujar Audrey. “Audrey, tunggu..!!”, cegat Ibu Audrey. Namun, terlambat. Audrey sudah pergi meninggalkan rumah.

Sementara di atas kasur Audrey, hpnya masih aktif. Dan pada saat itu, Licia telah berkali-kali menelefonnya. Karena tidak ada jawaban, Licia tidak menelefon lagi Audrey. “Huh, baik Licia, Mama, Guru.. Ah..!! Semuanya nyebelin..”, ujar Audrey sambil mengomel sendiri.

Audrey menuju sebuah taman kecil. Ya, taman itu memang terlihat aneh. Banyak sekali sampah yang berserakan. Sepertinya, tidak ada yang pernah datang ke tempaat ini. “Ya ampun. Kok berdebu, sih..?”, tanya Audrey dalam hati. Namun, karena Audrey merasa lelah, ia pun duduk di atas ayunan itu. Tak lama kemudian, datang seorang anak perempuan. Rambutnya sangat panjang. Bajunya putih kusam. Dia membawa sebuah boneka yang juga kusam.
Perempuan itu duduk tepat di samping Audrey. “Siapa namamu..?”, tanya anak itu ramah. “Nn..Namaku.. A..Audrey..”, jawab Audrey gugup. Audrey sama sekali tidak mengenal anak itu, namun di dalam benak pikirannya, Audrey merasa pernah melihat anak ini dengan raut wajah yang mengerikan. “Oh, ya. Bolehkah aku bercerita kepadamu..?”, tanya anak itu kembali. Audrey menggangguk pelan, dan hanya meringis.

Anak itu pun memulai pembicaraannya. “Dulu, sewaktu aku kecil.. Aku tak pernah mengenal siapa keluargaku.” Anak itu terdiam sebentar. “Lalu, setelah aku beranjak dewasa, ternyata aku menemukan keluargaku yang dipekerjakan paksa. Tau, tidak. Aku rasanya sangat sedih.” Lagi-lagi anak itu terdiam, dan melanjutkan ceritanya. “Aku sangat senang. Mereka selalu memanggil namaku. Dengan gembira aku berlari ke arah mereka. Tapi ternyata aku dicegat oleh 2 orang petugas. Aku sangat marah. Mereka terus memanggil namaku. Selama hidupku, tak ada yang pernah mau memanggil namaku. Namun, usahaku sia-sia. Aku ditendang dan tak bisa mencapai tangan ibuku. Ibuku melemparkan sebuah boneka. Aku menjaganya dengan sangat baik.” Anak itu pun mulai menunjukkan wajah yang berseri-seri.
“Mau kah kamu menemaniku bermain di sini..?”, tanya anak itu dengan lembut. “Tentu..!!”, jawab Audrey dengan lantang. Audrey sudah merasa nyaman di tempat itu. Sementara Ibu Audrey dan Licia mencari-cari Audrey. “Audrey..!!”, teriak Licia. Audrey mendengar suara itu dari kejauhan. Akan tetapi Audrey tidak menggagasnya. “Audreyy!! Aku baru saja beli gaun baru. Oleh karena itu aku menelefonmu. Apakah kamu mau..? Aku sudah membelinya 2 pasang..!”, teriak Licia lagi. Audrey sangat kaget mendengar kalimat barusan. “Hei, teman baruku. Aku pergi dulu, ya. Sampai jumpa..!”, pamit Audrey kepada anak itu.
Dan… Ternyata Audrey tidak dapat bergerak. Ah, iya..! Tanganku..! Tanganku ditahan oleh anak itu..!, kata Audrey dalam hati. “Apaan, sih..? Aku mau pulang, tahu..!”, bentak Auderey keras. “Tidak akan kulepaskan..!”, jawab anak itu. Audrey tersentak. Apa-apaan dia..? Audrey melepaskan tangan anak itu dengan sekuat tenaga, dan akhirnya dapat lolos. Audrey berlari menuju arah yang tadi dia lewati. Anak itu pun mengejar Audrey. Audrey menoleh ke belakang sambil masih berlari. Audrey merinding. Tatapan anak itu kepada Audrey, seperti tatapan seorang pembunuh.

Loh, sudah sejauh ini, kok belum sampai juga, ya. Eh, aku kembali ke taman tadi..!, kata Audrey gelisah. “Audreyy..!!”, “Audrey mau tidak gaunnya..? Kalau tidak, bisa aku berikan kepada Raisha..!”, terdengar panggilan dan teriakan Ibu Audrey dan Licia. “Kalian di manaa..? Tolong akuuu..!! Ibuuuu..!! Liciaaa..!! Aku gak bisa pulanggg..!!”, teriak Audrey menyahut. Audrey terus berlari hingga sampai ke hadapan ibu dan Licia. Anak itu tetap mengejar. “Ibu, Licia.. A..aku di depan kalian..!! Ini aku, Audrey, bu, cia..”, ujar Audrey.

Oh, tidak..!! Ternyata Audrey tidak dapat dilihat oleh manusia. Lalu, siapakah anak itu. Sementara Audrey bengong, anak tadi berhasil menangkap lengan Audrey. “Lepasin..! Kau jahat..!”, teriak Audrey memberontak. “Apa..? Bukankah kamu tidak pernah menghargai orang yang memanggilmu..?”, ujar anak tersebut. Audrey terdiam. Apa yang dikatakan anak itu benar. “Sekarang, jumpailah ibu dan temanmu..”, lanjut anak itu kembali. Anak itu melepaskan genggamannya dari tangan Audrey. Audrey langsung lari menuju tempat ibunya, dan Licia. Mereka saling terharu.

Sebelum pulang, anak tersebut senyum dengan tatapan yang tajam. Audrey memalingkan wajahnya. Namun, saat dia melihat ke depan, anak tersebut berdiri di depan sambil tersenyum kembali, dengan bonekanya yang penuh darah. Si.. Siapakah anak itu sebenarnyaaa..?! Akan tetapi, di dalam hatinya, Audrey berjanji untuk selalu menghargai orang yang memanggilnya. :)

SELESAI
--------------------------------------------------------------------------------
Cerpen Karangan: Luthfia Zahra Larosa
Share To:

kabelantena.blog

View Profile
Terima kasih sudah berkunjung ke kabelantena, semoga bermanfaat,, aamiin..
----------------------------------

Post A Comment: